Sharing Hasil Pelatihan Program Disiplin Anak (PDA) bagian 2

Lanjuuuutttt….mumpung sikon memungkinkan dan ingetan juga masih seger…

Setelah baca teorinya, lanjut kita ke prakteknya ya, tapi sebelumnya ada baiknya kita paham dulu sedikit, gimana pentingnya poin 1 di bagian 1, karena dengan dasar yang kuat, langkah-langkah praktis ini jadi efektif tidak hanya untuk situasi sekarang tapi sampai nanti ketika mereka sudah dewasa, langkah-langkah ini akan jadi efektif bukan hanya ketika kita bersama mereka, tapi juga disaat kita tidak bersama mereka. ada kan anak-anak yang hanya menjalankan aturan orangtua hanya ketika orangtua ada bersama mereka.

Dasarnya anak itu ya tetep anak-anak, bukan manusia dewasa yang diperkecil, jadi dengan kapasitas mereka sebagai anak-anak, yang belum sempurna baik penalarannya dan kemampuan fisiknya, kita tidak bisa menilai dengan standar kita yang sudah tua-tua ini. Penilaian kita harus disesuaikan dengan kemampuan mereka.

Kita, orang tua, cenderung banyak bicara alias ngomel ketika anak bermasalah, abis ngomel alih-alih orangtua introspeksi diri, malah menyalahkan beberapa hal berikut ini:

  • ANAK

padahal harusnya ndak boleh itu, karena fitrahnya setiap anak ga ada yang berniat untuk membuat masalah. Fitrah mereka itu positif selalu, yang membuat jadi negatif sebenarnya kita ini orangtuanya. Fitrah mereka jujur (tapi ketika mereka jujur, bukannya kita berikan reward, malah kita marahin), fitrah mereka belajar (tapi malah kita yang mematikan rasa ingin tahunya), fitrah mereka disiplin (tapi malah kita yang merusak skedul biologisnya untuk menyesuaikan dengan jadwal kita), fitrah mereka patuh (tapi karena kita tidak bisa dipercaya, mereka jadinya tidak patuh sama kita)

  • TEMAN

ini juga ndak boleh, karena harusnya jadi pertanyaan buat kita orang tuanya, kok bisa anak kita lebih nurut kata temennya daripada kata kita. Ini tandanya, pengaruh kita kurang untuk mereka, artinya apa lagi? yaaaa kita kurang menjalin keakraban dengan mereka.

  • SEJARAH

nah ini….jadi nyalahin riwayat keluarga, pertanyaannya, meski memang riwayat keluarga begitu, kemana kita orang tuanya kok nggak do something mencegahnya terjadi.

  • PERBEDAAN KARAKTER

nyalahin ini juga,tiap anak beda-beda, memang, setiap kita itu unik…tapi balik lagi pertanyaannya buat orangtua, lha meski berbeda, klo kita orangtuanya bisa deket sama anak-anak, ya tetep ga masalah, kita jadi bisa menghandle mereka sesuai karakternya, insyaAllah.

 

See, semua kuncinya adalah orangtuanya kudu kenal anaknya lahir batin, punya keakraban yang baik, sehingga anak-anak nyaman sama kita, menerima pengaruh kita, dan bisa membentengi diri dari pengaruh luar terutama yang negatif.

Beberapa masalah yang sering kita alami sebagai orangtua, mungkin tidak semua mewakili, tapi biasanya bisa kita gabungkan solusinya karena sejenis.

1. Hobi jajan (snack,mainan,buku dll)

  • untuk yang dibawah 7tahun, jangan diberikan uang saku karena mereka belum paham nilai uang, beri mereka solusi jajan dengan skedul,contoh: snack time hari selasa dan kamis setiap minggu, atau jajan hanya boleh dilakukan sehari 2x budget maksimal 5rb, atau beli maenan tgl 10 setiap bulan dst
  • untuk yang 7th keatas, mulai diberikan uang saku (khusus untuk jajan), bukan harian tapi mingguan, beri mereka otonomi untuk mengatur uangnya sendiri, pada awalnya mereka mungkin akan kemaruk membelanjakan uangnya, orangtua diharapkan tidak melakukan intervensi dengan memberi sokongan dana lagi. Biarkan anak-anak belajar resiko dari penggunaan uangnya yang berlebihan, lambat laun mereka akan bisa mengatur keuangannya. banyak dari kita yang tua-tua ini diajarkan menabung sejak dini, tapi tidak diajarkan mengelola keuangan, akibatnya ketika dewasa kewalahan.
  • Berkaitan dengan pemberian uang saku, dan menggunakannya untuk infaq/shodaqoh. Mengajarkan perbuatan amal ini, tidak bisa langsung, karena infaq/shodaqoh sifatnya abstrak buat anak-anak, langkah kongkrit mengajarkannya adalah dengan kita membuat skedul mengantar hadiah pada tetangga, kegiatan ini, bentuknya lebih jelas untuk anak-anak, dan akan lebih mudah bagi kita kelak untuk menerangkan konsep infaq/shodaqoh tadi.

2. Kecanduan TV/game/internet

  • Beri batasan yang jelas (tv 1 jam, game 30 menit, internet 1 jam)
  • Buat konsekuensi yang tegas dan jelas
  • Tontonan harus sesuai dengan kesepakatan (kaitannya dengan umur dan materi acara)
  • Bila terjadi pelanggaran berulang, konsekuensi ditambah

3.Berantem (berantem ini sesuatu yang tidak bisa dihentikan, karena adalah peristiwa berulang)

  • MILIK SIAPA, periksa dulu, misal karena berebut barang, barang milik siapa, kembalikan pada pemiliknya, bila barang umum kembalikan pada tempatnya, proses ini juga akan mengajari anak untuk menghormati barang orang lain
  • SIAPA DULUAN, biasanya untuk barang milik umum, siapa yang duluan maka dia yang berhak
  • BERGANTIAN, karena poin diatas dirasa tidak adil bagi pihak lain, maka dilakukan bergantian ato skedul.
  • BICARA-LAWAN-LARI-LAPOR, diterapkan ketika anak mendapatkan bullying, baik verbal atau nonverbal,latih anak untuk bicara dengan lawannya, dengan suara keras, sampaikan perasaannya (sakit,marah dsb),latih anak untuk melakukan pertahanan dengan pikirannya dulu (pake verbal) baru dengan pertahanan tubuh, lawan balik (ketika barang diambil teman,lawan balik dengan diambil),ingat,melawan balik tidak selalu dengan fisik (kalaupun dengan fisik,its okay, karena mereka membela diri selama lawan balik dilakukan di TKP, bila dilakukan diwaktu dan tempat yang lain,namanya balas dendam dan harus ditindak), bila setelah melawan tidak dapat diselesaikan masalahnya, anak boleh ambil tindakan lari atau lapor, situasional sifatnya.
  • JIKA TIDAK MELIBATKAN FISIK LATIH ANAK BERMUSYAWARAH KEMUDIAN MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA, ini biasanya ketika kita tidak paham dengan duduk masalahnya, ajarkan mereka untuk menyelesaikan masalahnya.

4. Rewel, cengeng, ngamuk, ngeyel

  • cari tau penyebabnya karena alasan alamiah (lapar,capek.sakit) ato karena alasan ikhtiar/strategi.
  • bila karena alasan alamiah datangi, hentikan dengan memenuhi kebutuhannya, bila karena alasan ikhtiar, biarkan saja

Meski contoh kasusnya cuma 4, tapi semoga bisa jadi dasar memecahkan masalah yang lain dan bermanfaat.

Ingat: kembangkan KONSEKUENSI (direncanakan) bukan ANCAMAN (spontan)!!!!

One thought on “Sharing Hasil Pelatihan Program Disiplin Anak (PDA) bagian 2

  1. Pingback: 26-Feb-2015 | HE Malang

Leave a comment